Rasanya waktu berjalan sangat lambat dikala kita sedang menunggu seseorang ataupun menunggu sesuatu terjadi. Seperti itulah rasanya, sepeninggal bapak akupun mulai kehilangan mimpi2q. Aq menjadi orang yang takut kala bermimpi, takut dikala jatuh dan takut bila harus bertemu dengan sesuatu yang tidak sesuai keinginanku. Aku takut bila harus melawan kerasnya dunia. Semua macam ketakutan membayang tiap saat dalam benakq, hanya satu harapan yang tersisa. Harapan itulah yang membuatq tidak pergi meninggalkan kota yang terkenal dengan kepahlawanannya ini. Tiap hari aku menunggu sesuatu yang aku harap akan datang menghampiriq dan menyadarkan aku bahwa mimpiq itu masih bisa dikejar, bahwa janganlah engkau takut karena aku akan ada disini menjagamu. Aku berharap akan yang datang membawa kebahagiaan luar biasa karena tidak lama lagi aq berumur 23 tahun. Aq merasa sudah lebih siap dari tahun lalu, dan saat hari itu tiba aku akan menjawab,"Dengan segenap jiwa dan raga aku siap berlayar bersamamu". Hanya mimpi itulah yang masih tersisa satu-satunya. Waktu berjalan amat lambat, dengan perasaan tak menentu akhirnya saat itu mulai dekat dan akhirnya, lebih cepat dari yang kukira. Di pagi hari saat aku sudah menuruni tangga hendak berangkat kerja ada pesan yang masuk. Inilah yang selama ini kutunggu, aq tidak berani membacanya hatiku kacau karena bahagia. Akhirnya kuberanikan diri membacanya, seketika langit yang mulanya kokoh menyangga angkasa serasa runtuh menimpa tubuh kecilku, disusul matahari yang terik tiba2 mendekatiku membakar seluruh tubuhq, jiwa dan ragaku. Tak ada satu rasapun yang tersisa, semua hampa, kosong tak berarti dan ini kenyataan pahit lain yang harus aku telan dengan terpaksa. Mengapa, hanya kata itu yang sanggup kuucap, mengapa di saat seperti ini, mengapa secepat ini, mengapa harus aku yang mengalami, mengapa dengan cara seperti ini, mengapa aku tidak tau dari dulu, mengapa di saat aq masih menunggu,masih berharap dan masih ada puluhan kata mengapa yang membayang di otakku. Namun penantian memang aneh, ada begitu banyak kebencian dan puluhan kata mengapa dalam benakku, tapi tak satupun kata jelek keluar dari mulutku saat pagi itu juga dengan tulus kuucapkan kata,"selamat ya, semoga bahagia, maaf aq gk bisa datang," melalui telp singkat yang dengan berat hati aku terima.
Andai saja disitu adalah stadion sepak bola aku akan teriak sekuat tenaga agar sesak di dada ini berkurang.
Yaaaa, akhirnya penantianq membuahkan hasil juga,meski bukan hasil yang aq inginkan.Sekali lagi impianq terhempas ke dasar samudra yang sudah pasti lebih dalam dari pada sumur ibuku di rumah. Kucoba tetap berjalan meski dengan langkahnya jendral yang kalah perang. Aq sudah tidak bisa menggambarkan perasaan apa yang aku rasakan saat itu. Impianku berlayar pupus sudah, aku harus merelakan nahkoda yang harusnya menjadi patnerq harus berlayar dengan orang lain. Aku hanya berdoa semoga di samudra yang luas nanti tidak ada badai yang mampu menggoyahkan bahteramu.
Aku sudah hampir lupa bagaimana caranya bermimpi, saat tidur mimpiku selalu dikejar orang gila, aku terjaga mimpiku menakutkan, aku jadi bingung bagaiman caranya mimpi yang indah??? kata temenku harus tidur dilantai agar bisa mimpi indah. Ada2 saja saran mereka, karena mereka gk tau mimpi yang aku maksud. Akhirnya untuk sekian waktu kubuang jauh semua impianku.
Ternyata hidup tanpa mimpi jauh lebih menakutkan dari pada mimpi di kejar orang gila, karena tanpa mimpi hidup jadi hampa, tanpa tujuan pasti dan hanya bergerak sesuai dengan arah angin seperti layang2 putus, baru berhenti saat tersangkut pohon tinggi dan berakhir di tangan anak kecil yang usil yang kemudian di tambal sana tambal sini karena sobek hahahaha......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar